KELAMIN BUNGA
Kelamin
bunga adalah salah satu alat yang terpenting, karena merupakan alat
perkembangbiakan yang dapat menghasilkan calon tumbuhan baru.
Berdasarkan
alat kelamin, bunga dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Bunga
banci atau berkelamin dua (hermaproditus), yaitu bung yang padanya terdapat
benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini
seringkali dinamakan bunga sempurna atau bunga lengkap, karena biasanya pun
jela mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak dan mahkota, misalnya
bunga terung (solanum melongena)
2. Bunga
berkelamin tunggal (unisexualis),
jika pada bunga hanya terdapat salah satu dari kedua macam alat kelaminnya.
Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan lagi dalam:
a. Bunga
jantan, (flos masculus), jika pada
bunga hanya terdapat benang sari tana putik, misalnya buga jagung yang terdapat
dibagian atas tumbuhan.
b. Bunga
betina (flos femineus), yaitu bunga
yang tidak mempunyai benang sari, melainkan hanya putik saja, misalnya bunga
jagung yang tersusun dalam tongkolnya.
3. Bunga
mandul atau tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat baik benang sari
maupun putik, misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada bunga matahari.
Bertalian
dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan, maka bunga dibedakan
menjadi:
a. Berumah
satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang
mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang
tumbuhan), misalnya jagung (Zea mays),
mentimun (Cucumis sativus), jarak (Ricinus communis).
b. Berumah
dua (dioecus), jika pada jantan dan
bunga betuna terpisah tempatnya, artinya ada individu yang hanya mendukung
bunga jantan saja, dan ada individu yang hanya mendukung bunga betina saja,
misalnya salak (Zalaca edulis Reinw).
c. Poligam
(Polygamus), jika pada satu tumbuhan
terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga banci bersama-sama, misalnya pada
papaya (Carica papaya). Biasanya
poligami dimaksud untuk menunjukan sifat tumbuhan bertalian dengan sifat bunga
tadi yang memperlihatkan suatu kombinasi bukan berumah satu dan juga bukan
berumah dua.
Suatu
jenis tumbuhan bersifat:
1. Gynodioecus:
jika pada suatu individu hanya terdapat bunga betina saja, sedang pada individu
lain bunga banci. Misalnya pada tumbuhan yang berbunga berbibir (Labiatae).
2. Androdioecus:
jika pada individu yang satu hanya terdapat bunga jantan saja, sedang pada pada
yang lain terdapat bunga banci, misalnya pada Dryas octopetala.
3. Monoeco-polygamus: jika
pada satu individu terdapat bunga-bunga jantan, betina, dan banci bersama-sama,
misalnya pada papaya (Carica papaya)
4. Gynomonoecus:
jika pada satu individu terdapat bunga betina dan bunga banci bersama-sama.
5. Trioecus, atau
trioeco-polygamus: jika bunga jantan,
bunga betina, dan bunga banci masing-masing terdapat terpisah pada individu
yang berlainan.
BENANG
SARI
Benang sari bagi tumbuhan merupakan
alat kelamin jantan. Benang sari merupakan metemorfosis daun masih dapat
terlihat dengan nyata pada bunga jenis tumbuhan tertentu. Misalnya pada bunga
tasbih (Canna indica).
Pada
benagng sari dapat dibedakan 3 bagian berikut:
1. Tangkai
sari (filamentum), yaitu bagian yang
berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat.
2. Kepala
sari (anthera), yaitu bagian benang
sari yang terdapat pada ujung tangkai sari. Bagian ini didalamnya biasanya
mempunyai 2 ruang sari (theca),
masing-masing ruang sari semula terdiri atas dua ruangan kecil (loculus atau loculumentum)
3. Penghubung
ruang sari (connectivum), yaitu
lanjutan tangkai sari yang menjadi penghubung kedua bagian kepala sari (ruang
sari) yang terdapat di kanan kiri penghubung ini.
Duduknya
benang sari dibedakan menjadi 3 macam:
1. Benang
sari jelas duduk pada dasar bunga. Tumbuhan dengan bunga yang bersifat demikian
oleh DE CANDOLLE dinamakan: Thalamiflorae,
misalnya jeruk (Citrus sp)
2. Benang
sari tampak seperti duduk diatas kelopak, yang sering dapat kita lihat pada
bunga yang perigin atau epigin. Tumbuhan demikian oleh DE CANDOLLE dinamakan: Calyciflorae, misalnya mawar (Rosa hybrida)
3. Benang
sari tampak duduk di atas tajuk bunga, tumbuhan yang demikian disebut: Corolliflorae, a. l. anggota-anggota
suku boraginaceae, misalnya buntut
tikus (Heliotropium indicum)
Mengenai
jumlah benang sari pada bunga umumnya dibedakan 3 golongan:
a. Benang
sari banyak, yaitu dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 benang sari seperti
terdapat pada jambu-jambuan. Misalnya jaambu biji (Psidium guajava)
b. Jumlah
benang sari 2x lipat jumlah daun tajuknya. Dalam hal yang demikian benang sari
biasanya tersusun dalam dua lingkaran, jadi ada lingkaran luar dan lingkaran
dalam.
Mengenai uduknya benang sari terdapat daun-daun
tajuk ada dua kemungkinan:
1. Diplostemon
(diplostemonus), yaitu benang-benang
sari dalam lingkaran luar duduk berseling dengan daun-daun tajuk, misalnya pada
kembang merak (Caesalpinia pulcherrima).
2. Obdiplostemon
(obdiplostemonus), jika keadaan
sebaliknya, artinya benang-benang sari pada lingkaran dalamlah yang duduknya
berseling dengan daun-daun tajuknya, misalnya pada bunga geranium (pelargonium odoratissimum)
c. Benang
sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, yang dalam hal ini duduknya
benang sari dapat:
1. Episepal
(episepalus), artinya berhadapan
dengan daun-daun kelopak, berarti pila berseling dengan daun-daun tajuk.
2. Epipetal
(epipetalus), artinya berhadapan
dengan daun-daun tajuk, jadi berseling dengan daun-daun kelopak.
Bertalian
dengan pndek panjangnya benang sari yang terdapat pada suatu bunga dapat
dibedakan:
a. Benang
sari panjang dua (didynamus), jika
dalam satu bunga terdapat misalnya 4 benang sari dan dari 4 benang sari itu
yang 2 panjang, sedang yang dua lainnya pendek. Misalnya kemangi.
b. Benang
sari panjang empat (tetradynamus),
jika misalnya dalam satu bunga terdapat 6 benang sari dan dari 6 benang sari itu
yang 4 panjang yang2 lainnya pendek, misalnya pada bunga lobak (Raphanus sativus)
TANGKAI
SARI (filamentum)
Tangkai sari biasanya duduk
terpisah-pisah di atas dasar bunga, akan tetapi tidak jarang pula terdapat
tangkai sari yang berlekatan satu sama lain.
Melihat
jumlahnya berkas yang merupakan perlekatan benang-benang sari, dapat dibedakan:
a. Benang
sari berbekas satu atau benag sari bertukal
satu (monadelphus), yaitu jika semua tangkai sari pada satu bunga
merlekatan menjadi satu, merupakan suatu berkas yang tengahnya berongga dan
hanya bagian ujung tangkai sari yang mendukung kepala sari saja yang masih
bebas satu sama lain. Misalnya bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis)
b. Benag
sari berbekas dua atau benang sari bertukal dua (diadelphus), jika benang sari terbagi menjadi dua kelompok dengan
tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok. Misalnya tumbuhan
berbunga kupu-kupu.
c. Benang
sari berberkas banyak atau benang sari bertukal banyak, yaitu jka dalam suatu
bunga yang mempunyai banyak benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi
beberapa kelompok atau berkas. Misalnya bunga kapok (Ceiba pentandara)
KEPALA
SARI (Anthera)
Kepala sari adalah bagian benang
sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, merupakan suatu badan yang
bentuknya bermacam-macam: bulat, jorong, bulat telur, bangun kerinjal, dll. Di
dalamnya terdapat 2 ruang sari (theca),
tetapi dapat pula hanya satu atau lebih dari 2 ruang. Satu ruang sari biasanya
terdiri atas dua kantong sari (loculumentum),
tetapi sekat yang memisahkan kedua kantong sari itu dapat hilang sehingga kedua
kantong sari itu akhirnya menjadi satu ruang saja.
Serbuk sari merupakan badan yang
amat lembut, jika terpisah-pisah mudah sekali beterbangan karena tiupan angin,
ada pula yang bergumpal-gumpal. Jika tiap gumpaalan terdiri atas 4 serbuk
lazimnya dinamakan: pollen tetrade,
tetapi ada pula yang tiap gumpalan itu terdiri atas sejumlah besar serbuk sari,
yang disebut: pollinium, seperti
terdapat pada bunga anggrek.
Duduknya kepala sari pada tangkainya
dapat bermacam-macam:
a. Tegak
(Innatus atau basifixus), yaitu jika kepala sari dengan tagkainya memperlihatkan
batas yang jelas, dan kepala sari bersambungan pada pangkalnya dengan tangkai
sari dan sambungan ini tidak kemungkinan
gerak bagi kepala sarinya.
b. Menempel
(adnatus), jika tangkai sari pada
ujungnya beralih menjadi penghubung ruang sari atau kepala sari sepanjang
penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai sari
c. Bergoyang
(versatilis), jika kepala sari
melekat pada suatu titik pada ujungaa tangkai sari, sehingga kepala sari dapat
di gerak-gerakkan atau bergoyang. Misalnya pada rumput-rumpuran.
PUTIK
Putik
merupakan bagian bunga yang paling dalam letaknya, dan kalau benag sari
merupakan alat kelamin jantaan bgai bunga, mak putik merupakan alat kelain btianya.
Putik pun tersusun atas daun-daun yang telah mengaamai metamorfosis. Daun-daun penyusun putik disebut daun buah (Carpellum), dan daun-daun buah ssebagai
keseluruhan yang menyusun putik itu dinamakan gynaecium.
Menurut
banyaknya daun buah yang menyusun sebuah putik, putik dapat dibedakan dalam:
a. Putik
tunggal (simplex), yaitu jika putik hanya tersusun atas sehelai daun buah saja,
misalnya terdapat pada tumbuhan polong-polongan.
b. Putik
majemuk (compositus), jika putik terjadi dari dua daun buahatau lebih, seperti
misalnya pada kapass (Gossypyum sp)
Pada
putik dapat dibedakan pada bagiab-bagian berikut:
1. Bakal
buah (ovarium), yaitu bagian putik yang lazimnya kelihatan membesar dan duduk
pada dasar bunga
2. Tangkai
kepal putik (stylus), bagian putik yang sempit dan terdapat di atas bakal buah, biasanya
berbentuk benang.
3. Kepala
putik (stigma), ialah putik bagian yang paling atas terletak pada ujung tangkai
kepala putik
BAKAL
BUAH (ovarium)
Bakal buah adalah bagian putik yang
membesar dan biasanya terdapat di tengah-tengah dasar bunga. Dalam bakal buah
terdapat calon biji (ovulum) yang bakal biji itu teratur pada tempat-tempat
tertentu dalam bakal buah tadi. Bagian yang merupakan pendukung bakal biji,
disebut tembuni (placenta)
Menurut
letaknya terdapat dasar bunga kita
membedakan:
a. Bakal
buah menumpang (superus) yaitu jika
bakal buah duduk di atas dasar bunga sedemikian rupa, sehingga bakal buah tadi
lebih tinggi, sam tinggi, atau bahkan lebih rendah daripada tepi dasar bunga, tetapi bagian
samping bakal buah tidak pernah berlekatah dengan dasar bunga. Misalnya pada
bunga berbentuk cawan, cembung, rata dll
b. Bakal
buah setengah tenggelam (hemi inferus)
yaitu jika bakal buah duduk pada dasar bunga yang cekung, jadi tempat duduknya
bakal buah selalu lebih rendah daripada tepi dasar bunga, dan sebagian dinding
bakal buah itu berlekatan dengan dasar nuga yang berbentuk mangkuk atau piala.
c. Bakal
buah teggelam (inferus) seperti pada
b, tetapi seluruh bagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang
berbentuk mangkuk atau piala.
Berdasarkan
jumlah ruang yang terdapat dalam suatu bakal buah, bakal buah dapat dibedakan:
a. Bakal
buah beruang satu (unilocularis),
bakal buah yang beruang satu dapat tersusun atas satu daun buah saja misalnya
pada bunga tumbuhan yang berbuah polong (legulinocae)
b. Bakal
buah beruang dua (bilocularis) buah
ini tersusun atas dua daun buah. Seperti lazim terdapat pada warga suku Barassicaceae (kubis dan sejenisnya)
c. Bakal
buah beruang tiga (trilocularis),
bakal buah ini terjadi dari 3 daun buah yang tepinya melihat ke dalam dan
berlekatan, sehingga terbentuklah bakal buah dengan tiga sekat, seperti pada
warga suku getah-getahan (euphorbiaceae)
d. Bakal
buah beruang banyak (multilocularis) yaitu bakal buah yang tersusun atas banyak
daun buah yang berlekatan dan berbentuk banyak sekat-sekat, dan dengan demkian
terjadilah banyak ruang-ruang, seperti pada durian (durio zibethinus Murr.)
TEMBUNI
Letak tembuni (jadi juga bakal bjinya), di
dalam bakal buah berbeda-beda,. Dalam menyebutkan letak tembuni seringkali
diperhatikanpula letak tembuni itu pada daun buah yang menjadi penyusun bakal
buah.
Menurut
letaknya, tembuni dibedakan dalam yang:
a. Marginal
(marginalis), bila letaknya pada tepi
daun buah
b. Laminal
(laminalis), bila letaknya pada helaian daun buahnya
Untuk bakal buah yang
hanya terdiri atas satu ruang maka kemungkinan letak tembuninya adalah:
1. Parietal
(parietalis), yaitu pada dinding
bakal-bakal buah, yang jika diperhatikan pula letaknya pada daun buah
2. Central
(centralis), yaitu dipusat, bila
tembuni terdapat di tengah-tengah rongga bakal buah yang beruang satu, biasanya
berbentuk buluh atau silinder dengan bakal-bakal bijiny yang menghadap ke
seluruh jursan atau ke arah dinding bakal buah
3. Aksilar
(axilaris), yaitu di sudut tengah bila
di tembuni terdapat bakal buah yang beruang lebih daripada dua dan tembuni tadi
terdapat dalam sudut pertemuaan daun-daun buah yang melipaat ke dalam dan
merupakan sekat-sekat bakaal buah. Jika ditinjau letaknya padaa daaun buah,
maka tembuni yang aksilar itu biasanya pada tepi buah, jadi bersifat marginal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar