Jumat, 12 Juni 2015





SIMETRI BUNGA

Simetri adalah sifat suatu benda atau bahan yang juga biasa disebut untuk bagian-bagian tubuh tumbuhan (batang, daun, maupun bunga), jikabenda tadi oleh sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian sedemikian rupa sehingga kedua bagian itu dapat saling menutupi. Jadi seandainya bidang itu kita jadikan tempat untuk melipat, maka benda tadi dapat dijadikan suatu benda yang setangkup atau simetris.
Berdasarkan bidang simerisnya, bunga terbagi atas:
1.      Asimetris, pada bunga tersebut kita tidak bisa membuat potongan bunga yang sama persis/simetris. Asimetri juga adalah bunga yang tidak memiliki bidang simetri. Misalnya bunga tasbih (Cannahybrida)
2.      Setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika pada bunga hanya dapat dibuat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua bagian yang setangkup. Sifat ini biasanya ditunjukkan dengan lambang (anak panah)
Bergantung pada letakknya bidang simetri, bunga yang setangkup tunggal dapat dibedakan lagi dalam 3 macam:


a.       Setangkup tegak, jika bidang simetrinya berimpit dengan median, misalnya bunga telang (Clitoria ternatea).




b.      Setangkup mendatar, jika bidang simetrinya tegak lurus pada bagian median, dan tegak lurus pula pada arah vertikal, misalnya bunga Corydalis



c.       Setangkup miring, jika bidang simetrinya memotong bidang median dengan sudut yang lebih kecil (lebih besar) dari 900, misalnya bunga kecubung (Datura metel).




3.      Setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris atau disimetris), yaitu bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup meurut dua bidang simetri yang tegak lurus satu sama lain, misalnya bunga lobak (Raphaus sativus)
4.      Beraturan atau bersimetri banyak (polysimetris, regularis, atau actinomorphus), yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi bunga itu dalam dua bagiannya yang setangkup, misalnya bunga lilia gereja (Lilium longiflorum). Bunga yang beraturan seringkali ditunjukkan dengan lamang * (bintang).

DIAGRAM BUNGA

Diagram bunga adalah salah satu gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya. Atau suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian bunga lainnya jika masih ada, disamping keempat bagian pokok tersebut.
Bagaimanakah caranya untuk membuat suatu diagram bunga? Jika kita hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal berikut:
1.    Letak bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram, kita hanya membedakan dua macam letak bunga:
a.       Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis)
b.      Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris)
2.    Bagian-bagian bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam beberapa lingkaran.




      Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya, kemudian melalui titik pusat lingkaran-lingkaran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus (vertikal). Untuk bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan tengah-tengah (poros bujur) daun, yang dari ketiaknya muncul buga tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis yang menggambarkan bidang median itu di sebelah atas lingkaran yang terluar digambarkan secara skematik penampang melintang batang (digambar sebagai lingkaran kecil), dan di sebelah bawahnya gambar skematik daun pelindungnya. Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambar daundaun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah.
Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri harus diperhatikan ialah:
a.       Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi
b.     Bagaimana susunannya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu dengan yang        lain): bebas  satu sama lain, bersentuhan tepinya, berlekatan, atau lain lagi.
c.     Bagaimana susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap     daun-daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daun buah penyusun putiknya): berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan, dan seterusnya
d.      Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
Ternyata bahwa seringkali bidang mediaan itu membagi bunga dalam dua bagian yang setangkup (simetrik).
Dalam pembuatan diagram bunga selain keempat bagian buga yang pokok: kelopak,tajuk, benang sari, dan putik, dapat pula di gambar bagian-bagian lain, jika memang ada dan dipandang perlu untuk di kemukakan. Bagian-bagian lain pada bunga yang seringkali dapat menjadi ciri yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga, a. l.:
a.    Kelopak tambahan (epicalyx), umum terdapat pada tumbuhan suku Malvaceae, misalnya kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis).
b.   Mahkota (tajuk) tambahan (corona), yang biasa terdapat pada suku Asclepiadaceae, misalnya: biduri (Calotropis gigantea)
Bertalian dengan soal ini dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendiian:
1.      Hanya menggambarkan bagian-bagian bunga menurut apa adanya
2.      Membuat diagram bunga yang tidak hanya membuat bagian-bagian yang benar-benar ada, tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak ada (tereduksi), namun menurut teori seharusnya ada.
Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram bunga:
1.   Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang benar-benar ada,jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya, oleh sebab itu diagram ini juga dinamakan diagrak sungguh (yang sebenarnya).
2.    Diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga yang sesungguhnya, juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi, tetapi menurut teori seharusnya ada.





RUMUS BUNGA
Kecuali dengan diagram, susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang terdiri atas lambanglambang, huruf-huruf, dan angka-angka, yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian-bagian bunga, sedang angka-angka menunjukan jumlah masing-masing bagian bunga.
Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga  sebagai berikut:
1.      Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix (calyx), yang merupkan istilah ilmiah untuk kelopak
2.      Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C, singkatan kata corolla (istilah ilmiah untuk mahkota bunga)
3.      Benang-benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan kata adroecium (istolah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga)
4.      Putik, yang dinyatakn dngan huruf G, singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah untuk alat betina pada bunga)
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P, singkatan kata perigonium (tenda bunga).
Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi dari sehelai daun buh, maka ruusnya adalah:
K5, C5, A10, G1. (bunga merak: Caesalphinia pulcherrima)

Jika kita mengambil contoh lain, yaitu bunga yang mempunyai tenda bunga, misalnya lilia gereja (Lilium longiflorum), yang yang mempunyai 6 daun tenda bunga, 6 benang sari dan sebuah putik yang terjadi dari 3 daun buah, maka rumusnya adalah:
P6, A6, G3.

Didepan rumus hendaknya diberi tanda yang menunjukan simetri bunga. Biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri, yaitu: * untuk bunga yang bersimetri banyak (actinomorphus) dan tanda untuk bunga yang bersimetri satu (zygomorphus). Jadi dalam hal rumus bunga merak, yang bersifat zigomorf, rumusnya menjadi:
K5, A5, A10, G1

Sedang bunga lilia gereja yang bersifat aktinomorf rumusnya menjadi:
* P6, A6, G3

Selain lambang yang menunjukan simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga yang banci (hermaproditus) dipakai lambang:  ♀♂, untuk bunga jantan dipakai lambang:  ♂, dan untuk bunga betina dipakai lambang: ♀. Lambang jenis kelamin ditempatkan di depan lambang simetri. Jika kedua rumus diatas di lengkapi dengan lambang jenis kelaminnya maka rumusnya menjadi:    
     
 ♀♂ K5, C5, A10, G1  dan    ♀ * P6, A6, G3.

Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih satu lingkaran. Bunga-bunga yang dipakai contoh di atas misalnya, masing-masing mempunyai bagian-bagiannya yang tersusun dalam 5 lingkaran. Bunga merak misalnya mempunyai 2 lingkaran benang sari, dengan 5 benanga sari dalam tiap lingkaran, sedang bunga lilia gereja mempunyai 2 lingkaran daun tenda bunga dan 2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran berbilangan 3. Dalam hal yang demikian di belakang huruf yang menunjukan bagian yang tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran tadi harus ditaruh dua kali angka yang menunjukkan jumlah bagian didalam tiap lingkaran dengan  tanda + (tanda tambah) di antara kedua angka tadi. Contoh kedua rumus di atas harus kita ubah menjadi:
♀♂ K5, C5, A 5 + 5, G1  dan    ♀ * P 3 + 3, A 3 + 3, G3

Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran itu berlekatan satu sama lain, maka yang menunjukkan jumlah bagian bersangkutan ditaruh dalam kurung. Pada contoh di atas tadi, maka rumusnya harus kita ubah menjadi:
♀♂ K(5), C5, A 5 + 5, G1  dan    ♀ * P (3 + 3), A 3 + 3, G (3)

Karena pada bunga merak daun-daun kelopaknya berlekatan satu sama lain, sedang pada bunga lilia gereja yang berlekatan daun-daun tenda bunga dan daun-daun buahnya. Ada kalanya yang berlekatan adalah dua macam bagian bunga, misalnya benang sari dengan daun-daun mahkota , seperti terdapat pada bunga waru (Hibiscus tiliaceus). Dalam keadaan yang demikian yang di tempatkan dalam kurung adalah keua huruf beserta angkanya  yang menunjkan kedua macam bagian bunga yang berlekatan tadi. Pada contoh ini (bunga waru), benang-benang sarinya sendiri berlekatan pula satu sama lain, oleh sebab itu angka yang menunjukkan jumlah benang sari yang ditaruh dalam tanda kurung, sedang tanda-tanda yang menunjukkan mahkota dan benang-benang sari lalu di taruh dalam kurung besar. Untuk jelasnya rumus bunga waru tadi adalah seperti berikut:
♀♂ * K(5), [ C5, A (~) ], G (5).

Jika pada bunga waru kita dapati banyak benang sari yang berlekatan satu sama lain dan seluruhnya berlekatan lagi dengan daun-daun mahkota.
Selain lambang-lambang yang telah diuraikan di atas, dalam menyusun suatu rumus bunga masih ada lambnag lain lagi, ialah lambang untuk menyatakan duduknya bakal buah (jadi bunga putiknya). Untuk bakal buah yang menumpang, di bawah angka yang menunjukkan bilangan daun buah, dibuat suatu garis (bilangan yang menunjukkan jumlah daun buah terletak di atas garis), sedang untuk bakal buah yang tenggelam, garis ditaruh di atas angka tadi. Untuk bakal buah yang setengah tenggelam tidak ada tanda yang khusus, atau dapat ditafsirkan sebagai setengah tenggelam, jika untuk bakal buah tidak ada pernyataan menumpang atau tenggelam.
Dengan demikian, jika dari kedua contoh bunga di atas kita harus membuat rumus bunga yang lengkap, rumus tadi akan menjadi seperti berikut:
♀♂ K(5), C5, A 5 + 5, G1  dan    ♀ * P (3 + 3), A 3 + 3, G (3)

Setelah kita fahami hal-hal yang menyangkut soal rumus bunga, dapat sekarang keadaan kita balik, artinya jika kita melihat kedua rumus di atas, maka dapat kita bayangkan bahwa:
a.      Bunga merak adalah bunga yang banci, zigomorf, mempunyai 5 daun kelopak yang berlekatan     satu sama lain, 5 daun mahkota yang bebas, 2 lingkaran benang sari dengan 5 benang sari dalam masing-masing lingkaran, bakal buah yang terjadi  dari sehelai daun buah yang duduknya menumpang.
b.      Bunga lilia gereja adalah bunga banci, aktinomorf, mempunyai 6 daun tenda bunga yang               tersusun dalam 2 lingkaran teteapi ke 6 daun tenda bunga tadi berlekatan satu sama lain, 6 benang sari yang tersusun dalam 2 lingkaran, dan satu bakal buah yang menumpang dan terjadi dari 3 buah yang berlekatan.
Mengingat, bahwa urutan-urutan bagian bunga sifatnya tetap, maka dalam menyusun suatu rumus bunga, huruf-huruf yang merupakan singkatan nama bagian buna tadi sering ditiadakan. Juga lambang jenis kelamin sering kali ditiadakan, karena jenis kelmin itu dapat terlihat pula dari rumus ialah: jika ada benang sari maupun putik, berarti bunga itu bersifat banci, tetapi jika di belakang A kita dapati angka 0 berarti bunganya betina, sebaliknya jika dalam rumus tertera G 0, berarti bunganya adalah buga jantan. Dengan ini rumus bunga merak misalnya, dapat kita sederhanakan menjadi:
(5), 5,  5 + 5, 1

Jika kita membandingkan diagram dengan rumus bunga, pada diagram lebih banyak tercantum keterangan-keterangan mengenai susunan bagian-bagian bunga, hanya tak dapat di ketahui pada diagram bunga bagaimana letaknya bakal buah, menumpang, tenggelam, ataukah setengah tenggelam.

Dibawah ini diberikan berbagai contoh diagram beserta rumus bunga berbagai jenis tumbuhan yang tergolong dalam beberapa suku tumbuhan yang lazim sudah di kenal.
1.      Suku Palmae (Arecaceae) misalnya kelapa (Cocos nucifera L.)
♂ K3, C3, A (6), G0
♀ K3, C3, A0, G (3)






2.      Suku Graminae (Poaceae), misalnya padi (Oryza sativa)
♂♀K1 + (2), C2 + 0, A3, G1







3.      Suku Cannaceae, misalnya bunga tasbih (Canna indica)
♂♀K3, C3, A5, G(3)






4.      Suku Orchidaceae, misalnya anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis), yang hanya menempel satu benang sari yang subur, dan anggrek kasut (Cypripedium javanicum), yang mempunyai dua benang sari yang subur:
♂♀P3 + 3, A1 + 0, G (3) (Phalaenopsis)
♂♀P3 + 3, A0 + 2, G (3) (Cypripedium)



5.      Suku Liliaceae, misalnya kembang sungsang (Gloriosa superba)
♂♀* P3 + 3, A3 + 3, G (3) (Cypripedium)





6.  Suku Papilionaceae, misalnya orok-orok, kembang telang (Clitoria tarnatea)
♂♀K (3), C5, A1 + (9), G1






7.      Suku malvaceae, misalnya kapas (Gossypium sp), waru (Hibiscus tiliaceus)
♂♀* K (5), [C5, A (~)], G (5)







8.      Suku Bombaceae, misalnya kapok randu (Ceiba pentandra), durian (Durio zibethinus)
♂♀* K (5), C5, A (~), G (5)






9.      Suku Solanaceae, misalnya kecubung (Datura metel), tembakau (Nicotiana tobacum)
♂♀K (5), C5, A5, G (2)





10.  Suku Cruciferae (Brassicaceae), misalnya lobak (Raphanus sativus)
♂♀* K4, C4, A2 + 4, G (2)







11.  Suku Nictaginaceae, misalnya bunga pagi sore (Mirabilis jalapa)
♂♀* K5, C (5), A5, G (5)








Pertanyaan dan jawaban
1.      Bagaimana cara menggambarkan diagram teoristik, jika benang sarinya hilang bagaimana cara menggambarkannya dan rumusannya seperti apa?
Jawab:
Jika secara visual benang sarinya terdapat tiga buah sedangkan secara teori benang sarinya terdapat 4 buah maka benang sari yang hilang tersebut digambarkan dengan lambang bintang dan untuk membuat rumusan bunganya disesuaikan dengan tujuannya apakah ingin menggunakan yang secara visual ataukah secara teoritis.
2.      Jelaskan Diagram Bunga!
Jawab:
Lingkaran pertama pada diagram bunga adalah kelopak, kedua mahkota, ketiga benang sari, dan keempat putik. Amati apakah bunga tersebut duduk bunganya di ketiak daun apakah hanya diujung, apabila diketiak daun ditukiskan dengan lambang bulat dan apakah memiliki bracteola atau tidak.Kemudian amati penampang melintang batangnya, kemudian amati jumlah kelopaknya dan apakah berlekatan atau tidak (jika tidak berlekatan maka gambarnya tidak boleh menempel), lalu amati jumlah mahkotanya, kemudian jumlah benang sari dan apakah letaknya menumpang atau tenggelam. Dan amati putiknya kemudian gambarkan
3.      Apakah ada dalam satu bunga yang memikiki putik lebih dari satu?Jelaskan!
Jawab:
Ada, contohnya pada bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) yang memiliki 5 putik,
4.       Bagaimana proses /tahapan dalam pembuatan diagram bunga?
Jawab: 


Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya, kemudian melalui titik pusat lingkaran-lingkaran yag konsentris itu kita buat garis tegak lurus (vertikal). Untuk bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan tengah-tengah (poros bujur) daun, yang dari ketiaknya muncul buga tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis yang menggambarkan bidang median itu di sebelah atas lingkaran yang terluar digambarkan secara skematik penampang melintang batang (digambar sebagai lingkaran kecil), dan di sebelah bawahnya gambar skematik daun pelindungnya. Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambar daundaun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah.
Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri harus diperhatikan ialah:
a.       Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi
b.    Bagaimana susunannya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu dengan yang      lain): bebas  satu sama lain, bersentuhan tepinya, berlekatan, atau lain lagi.
c.    Bagaimana susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap daun-daun tajuk bunga, benang sari, dan daun-daun buah penyusun putiknya): berhadapan atau   berseling, bebas atau berlekatan, dan seterusnya
d.         Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median. 







                          



Tidak ada komentar:

Posting Komentar